Category Archives: Sosial Politik

AKHIRI RAMADHAN DENGAN SEMPURNA

AKHIRI RAMADHAN DENGAN YANG TERBAIK
Al-Hàfizh Ibnu Rajab mengatakan,
يا عباد الله إن شهر رمضان قد عزم على الرحيل ولم يبق منه إِلّا قليل فمن منكم أحسن فيه فعليه التمام ومن فرط فليختمه بالحسنى
Wahai para hamba Allah, sungguh bulan Ramadhan ini akan segera pergi dan tidaklah tersisa waktunya kecuali sedikit. Karena itu, siapa saja yang telah beramal baik di dalamnya hendaklah dia menyempurnakan nya dan siapa saja yang telah menyia- nyiakannya hendaklah ia mengakhirinya dengan yang terbaik.”
(Lathàiful Al-Ma’àrif, hal. 486)

MENYEHAT KAN HATI,  SUKA MEMAAFKAN, MERAIH REDHA ALLAH, MENINGKAT KAN DERAJAT DIRI DISISI ALLAH, serta DOANYA AKAN DI IJABAH ALLAH sebagaimana DOA ORANG YANG TERANIAYA tidak akan pernah ditolak

SEGERA KEJAR TAUBAT KEPADA ALLAH.
وَتُوبُوا إِلَى اللهِ جَمِيعًا أَيُّهَا الْمُؤ…ْمِنُونَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ
Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, Hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung.”
(QS. An-Nur: 31).

Allah Berfirman ;
Wahai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubatan nasuhaa (taubat yang semurni- murninya). Mudah-mudahan Rabbmu akan menutupi kesalahan-kesalahan mu dan memasukkan mu ke dalam jannah yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, pada hari ketika Allah tidak menghinakan nabi dan orang-orang mukmin yang bersamanya.”
(QS. At-Tahrim: 8).


“Ya Allah, anugerahi kami Rezki Duniawi yang  Halal dan Rezki Ukhrawi yang Barakah .. cerahkan hati pikiran kami  dengan hiasan budi pekerti luhur.. kuatkan jasmani kami dengan sehat  walfiat .. berikan kami perlindungan MU yang sempurna.” ….. 
Amin  ya Rabbal Alamin.
Semoga Allah kabulkan …
Aamiin

Diriwayatkan dari Abdullah bin Masud, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda ; “Jauhilah dosa-dosa kecil karena bila berkumpul pada seseorang akan menghancurkan dirinya.”
(HR.Ahmad).

Karenanya, bila seorang menganggap remeh dosa-dosa kecil maka imannya sudah terkontaminasi dan hilanglah kewibawaannya karena selalu menganggap kecil segala sesuatunya. (Faidhul Qadir juz III hal 127)

Ternyata PUASA itu
BUKAN hanya menahan lapar dan haus saja. Jika HANYA menahan lapar dan haus, maka rasanya banyak orang yang bisa. Tapi lebih dari itu ….
Puasa adalah bulan pendidikan selama 1 bulan penuh agar kita tidak melakukan apapun yang dilarang oleh ALLAH …. Agar kita selesai 1 bulan melalui pendidikan Ramadhan, dapat 11 bulan berikut nya MENAHAN HAWA NAFSU yang dilarang oleh ALLAH … Maka INSYAALLAH selesai Ramadhan, kita meningkat dari orang yang BERIMAN menjadi orang yang BERTAQWA …… Sesungguhnya puasa itu HANYA WAJIB untuk orang yang BERIMAN saja, agar dia meningkat menjadi BERTAQWA. (AlQuran Surat Al Baqarah ayat 183).

“ Ya Allah, cintakanlah kami pada Iman dan biarkanlah iman itu menghias hati kami, tanamkan lah kebencian pada diri kami terhadap perbuatan kufur, fasiq, maksiyat dan durhaka, serta masukkanlah kami kedalam golongan orang orang yang mendapat petunjuk (rasyidin). Ya Allah, lindungilah aku dari azab-MU di hari Engkau kelak membangkit kan hamba- hamba-MU.
Ya Allah, anugerahkanlah surga kepadaku tanpa hisab.”

JANGAN BERHENTI BERDOA.
Bismillahirahmaanirrahiim, Alhamdu Lillahi Rabbil-‘alamin, Allahumma shalli wa sallim ‘ala sayyidina Muhammad shallallahu alaihi wassalam, wa ala aalihi wa ashhaabihi ajmaiin.
Ya Allah, tiada sesuatu yang tersembunyi dimata-Mu, Engkau Maha Tahu betapa banyaknya dosa yang telah kami perbuat kepada-Mu.
Ya Rahmaan ya Rahiim, kami mohon ampunilah seluruh dosa-dosa kami, dosa-besar dosa-kecil, yang sengaja maupun tidak sengaja, yang terang-terangan maupun yang kami sembunyikan selama ini, yang lalu-lalu bahkan yang akan datang, dari mulai aqil baligh hingga akhir hayat kami.
Ya Rahmaan ya Rahiim, ampunilah dosa-dosa ayah ibu kami, sayangilah ayah ibu kami dengan rahmat-Mu sebagaimana ayah ibu kami menyayangi kami, demikian pula guru-guru kami yang telah membimbing kami mengenal-Mu, kakek nenek kami, suami kami, istri kami, kakak adik kami, anak-anak cucu keturunan kami.
Ya Allah ampuni pula semua jamaah dan seluruh orang-orang yg kami cintai, kaum muslimiin dan muslimaat baik yg masih hidup apalagi yg telah wafat …
Aamiin ya Rabbal ‘Aalamiin.

KAMI BERMOHON KEPADA ALLAAH YANG MAHA KUASA.
Ya Allah, segala puji bagiMu .. syukur kami di pagi indah ini .. kepada Engkau Pencurah segala nikmat, kami ucapkan tasbih dan tahmid kepada MU ..”

BEKAL TERBAIK PADA 10 HARI TERAKHIR BULAN RAMADHAN.

(01).  BERI’TIKAF DI MASJID.
Abu Sa’id al-Khudri رضي الله عنه berkata, Rasulullah صلى الله عليه و سلم bersabda :
مَنْ كَانَ اعْتَكَفَ مَعِى فَلْيَعْتَكِفِ الْعَشْرَ الأَوَاخِرَ
Barangsiapa yg ingin “I’tikaf” bersamaku, maka hendaklah ia beri’tikaf pada 10 hari terakhir“.
(HR. Bukhari no. 2027).
Sepuluh hari terakhir, berarti dimulai dari malam ke-21 dari bulan Ramadhan, yaitu saat tenggelam matahari pada hari ke-21.

(02). SHALAT MALAM (TARAWIH) BERSAMA IMAM SAMPAI SELESAI.
Dari Abu Dzar radhiyallahu ‘anhu, Nabi ﷺ pernah mengumpulkan keluarga dan para sahabatnya. Lantas beliau pun bersabda :
Barangsiapa yg Shalat (malam) bersama imam “sampai selesai”, maka akan ditulis untuknya itu Pahala SHALAT Semalaman PENUH“.
(HR. An-Nasaa’i no. 1605, & Ibnu Maajah no. 1327, dan at-Tirmidzi no. 806, lihat Al-Irwaa’ alGhaliil no. 447).

(03). MEMPERBANYAK SHALAT2 SUNNAH, KHUSUSNYA PADA SHALAT MALAM.
Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu berkata, Rasulullah صلى الله عليه و سلم bersabda :
مَنْ قَامَ لَيْلَةَ الْقَدْرِ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
Barangsiapa yang “melaksanakan” shalat pada malam lailatul qadar karena iman dan mengharap pahala dari Allah, maka ‘dosa-dosanya’ yang telah lalu pun akan diampuni“.
(HR. Bukhari no. 1901).
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam telah menganjur kan umatnya untuk mencari malam lailatul qadar di ‘malam2 ganjil’ 10 hari Terakhir Bulan Ramadhan.
(HR. Bukhari no.2017 dan Muslim no.1169).
Imam al-‘Utsaimin رحمه الله berkata :
وقت ليلة القدر يبدأ من غروب الشمس إلى طلوع الفجر انتهى
Waktunya Lailatul qadar itu dimulai dari tenggelamnya matahari hingga terbitnya fajar (shubuh)”.
(Syarah al-Bulugh 7/548).

(04). SHALAT ISYA’ & SHUBUH BERJAMAAH.
‘Utsman bin ‘Affan رضي الله عنه berkata, Rasulullah صلى الله عليه و سلم bersabda :
Barangsiapa yang melaksanakan shalat Isya Berjamaah, maka ‘Se-akan2’ ia telah melaksanakan Shalat Separuh Malam, & barangsiapa yang sudah “melaksanakan” Shalat Shubuh dengan berjamaah, maka Seakan2 ia sudah melaksanakan Shalat semalaman penuh”.
(HR.Muslim no. 656).

(05). MEMBACA 100 AYAT AL-QUR’AN PADA WAKTU MALAM HARI.
Dari Tamim ad-Daari radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah صلى الله عليه و سلم bersabda :
Barangsiapa yang membaca “100 AYAT” pada suatu malam, maka akan dituliskan baginya pahala Shalat Sepanjang Malam (Semalaman Suntuk)”.
(HR. Ahmad, Lihat Shahiihul Jaami’ ash-Shaghiir no. 6468).

(06). MELAKSANA KAN SHALAT 4 RAKA’AT QABLIYAH (SEBELUM) SHALAT ZHUHUR.
Abi Shalih rahimahullah telah berkata, Rasulullah صلى الله عليه و سلم bersabda :
4 (empat) raka’at sebelum zhuhur itu menyamai shalat menjelang shubuh”.
(HR. Ibnu Abi Syaibah dalam “Al-Mushannaf” no.5940, Lihat Silsilah Ash-Shahiihah no. 1431).

(07). MEMILIKI AKHLAK YANG BAIK
Dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha berkata, Rasulullah صلى الله عليه و سلم bersabda :
إِنَّ الْمُؤْمِنَ لَيُدْرِكُ بِحُسْنِ خُلُقِهِ درجةَ قائمِ الليل وَ صَائِمِ النهار
Sesungguhnya seorang mukmin dengan akhlak yang baik akan mencapai ‘Derajat’ orang yang “Senantiasa” shalat di malam hari, dan puasa pada siang hari”.
(HR. Abu Dawud no. 4798, & Ibnu Hibbaan no. 480, Maalik no. 1675, Ahmad dalam Al-Fathur Rabbani XIX/76, serta al-Haakim no. 199, hadits dari Aisyah, Shahihul Jaami’ 1620).

PUASA MEMBERI SYAFAAT DENGAN IZIN ALLAH …. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
الصِّيَامُ وَالْقُرْآنُ يَشْفَعَانِ لِلْعَبْدِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ، يَقُولُ الصِّيَامُ: أَيْ رَبِّ مَنَعْتُهُ الطَّعَامَ وَالشَّهَوَاتِ بِالنَّهَارِ فَشَفِّعْنِي فِيهِ. وَيَقُولُ الْقُرْآنُ: مَنَعْتُهُ النَّوْمَ بِاللَّيْلِ فَشَفِّعْنِي فِيهِ قَالَ فَيُشَفَّعَانِ
رواه أحمد و حاكم
Puasa dan Al-Qur’an akan memberi syafaat pada hari kiamat. Puasa mengatakan : “Wahai Rabbku, aku menghalanginya dari makan dan syahwat pada siang hari maka berilah ia syafaat karenaku”. Al-Qur’an pun berkata : “Aku menghalanginya dari tidur pada malam hari maka berilah ia syafaat karenanya.” Rasulullah mengatakan, “Maka keduanya akan memberikan syafaat.”
(HR. Ahmad dan Hakim).

Syafaat hanya milik Allah subhanahu wa ta’ala dan tidak dapat diperoleh kecuali dengan izin-Nya, yaitu apabila Allah ridha kepada yang memberi syafaat dan yang diberi syafaat.
Allah ta’ala berfirman :
ﻗُﻞ ﻟِّﻠَّﻪِ ﭐﻟﺸَّﻔَٰﻌَﺔُ ﺟَﻤِﻴﻌٗﺎۖ
Katakanlah semua syafaat hanyalah milik Allah.” (- QS. Az-Zumar: 44)
وَلَا يَشْفَعُونَ إِلَّا لِمَنِ ارْتَضَىٰ
Mereka tidak bisa memberi syafa’at kecuali kepada orang yang diridhai oleh Allah (- QS.Al-Anbiya : 28)
ﻣَﻦ ﺫَﺍ ﭐﻟَّﺬِﻱ ﻳَﺸۡﻔَﻊُ ﻋِﻨﺪَﻩُۥٓ ﺇِﻟَّﺎ ﺑِﺈِﺫۡﻧِﻪِۦۚ
Tidak ada yang memberikan syafaat disisi Allah kecuali dengan izin-Nya. (- QS.Al-Baqarah : 255)

DIANTARA TANDA TELAH MENJADI BUDAK DUNIA

1. Tidak bersiap-siap saat waktu shalat akan tiba.
2. Melalui perjalanan hidup hari ini tanpa sedikitpun membuka lembaran Al Qur’an lantaran terlalu sibuk.
3. Sangat perhatian dengan omongan orang lain tentang keberhasilan diri sehingga lahir sikap bangga dan takabur.
4. Selalu berpikir setiap waktu bagaimana caranya agar harta semakin bertambah dan lupa untuk mensyukuri nikmat Allah yang sudah ada di tangan sendiri.
5. Merasa marah ketika ada orang yang memberikan nasihat bahwa perbuatan yang sedang dilakukan adalah terlarang bshkan haram.
6. Terus menerus menunda untuk berbuat baik. “Aku akan mengerjakan nya besok, nanti, dan seterusnya.”
7. Selalu mengikuti perkembangan teknologi terbaru dan selalu berusaha memilikinya tetapi lalai dengan peringatan peringatan Allah tentang kehidupan akhir.
8. Sangat tertarik dengan kehidupan para selebriti, lupa kepada kehidupan para shalihin dan shalihat.
9. Sangat kagum dengan gaya hidup orang-orang kaya dan lupa dengan orang melarat sekelilingnya.
10. Ingin selalu menjadi pusat perhatian orang dan lupa perhatian kepada Allah.
11. Selalu bersaing dengan orang lain untuk meraih cita-cita duniawi sementara melupakan atau mengabaikan kehidupan ukhrawi.
12. Selalu merasa haus akan kekuasaan dan kedigdayaan dalam hidup, dan perasaan itu tidak dapat dibendung seakan tujuan hidup satu satunya hanya mengejar itu.
13. Merasa tertekan manakala gagal meraih sesuatu keperluan duniawi tetapi tidak merasakan beban melalaikan perintah Allah.
14. Tidak merasa bersalah saat melakukan dosa-dosa kecil, dianggapnya biasa biasa saja.
15. Tidak berupaya
Untuk mampu segera berhenti berbuat yang haram, dan selalu menunda bertaubat kepada Allah.
16. Tidak kuasa berbuat sesuatu yang diridhai Allah hanya karena menghormati pandangan dan harapkan pujian orang lain.
17. Sangat perhatian terhadap harta benda yang dimiliki sehingga kikir dalam mengeluar kannya untuk kepentingan agama Allah.
18. Merencanakan kehidupan hingga jauh ke depan tapi lupa bahwa kehidupan ini sungguh akan berakhir dengan kematian.
19. Menjadikan aktivitas belajar agama hanya sebatas aktivitas pengisi waktu luang saja, dan tidak mau serius mempelajarinya untuk panduan kehidupan.
20. Memiliki teman-teman yang kebanyakan nya tidak bisa mengingatkan diri kepada Allah.
21. Menilai orang lain berdasarkan status sosialnya semata di dunia dan melupakan kesalihan ibadah kepada Allah.
22. Melalui hari hari kehidupan ini tanpa sedikitpun terbersit memikirkan kematian.
23. Meluangkan banyak waktu sia-sia dengan melakukan sesuatu yang tidak bermanfaat bagi kehidupan akhirat.

Mari kita renungkan dan kita ubah sikap dengan berupaya meraih kebahagiaan akhirat dengan tidak melupakan keberhasilan di dunia dan tidak menjadi budak kehidupan dunia yang fana ini.
InsyaAllah barakah.

Wassalaam
Buya Hma Majo Kayo
Masoed Abidin Jabbar
Buya Masoed Abidin
Buya Masoed Abidin ZAbidin Jabbar
Buya MAbidin Jabbar

KEKHAWTIRAN RASÛLULLÀH

ENAM PERKARA DIKHAWATIRKAN RASÛLULLÀH
Rasûlullàh Shallallâhu ‘alaihi wa sallam bersabda,
أَخَافُ عَلَيْكُمْ سِتًّا: إِمَارَةُ السُّفَهَاءِ، وَسَفْكُ الدِّمَاءِ، وَبَيْعُ الْحُكْمِ، وَقَطِيعَةُ الرَّحِمِ، وَنَشْوٌ يَتَّخِذُونَ الْقُرْآنَ مَزَامِيرَ، وَكَثْرَةُ الشُّرَطِ
Aku khawatir atas kalian enam perkara :
(1) Pemimpin bodoh,
(2) Penumpahan darah, (3) Jual-beli hukum,
(4) Pemutusan silaturahim,
(5) Seseorang yang menjadikan Al-Qur’an sebagai nyanyian, dan
(6) Banyaknya Ajudan (untuk penguasa zhalim)”.
[HR. Ath-Thabarànî (“Shahîh” Al Mu’jam Al-Kabîr, 18/57 no 105);].

JADILAH PENYINTA KEBAIKAN DIMANAPUN, DAN SITUASI APAPUN. Karena kebaikan akan mendapat kan balasan kebaikan juga.
هل جزاء الإحسان إلا الإحسان
(Qs Ar-Rahman 55:60.)

PERHATIKAN LAH SUNGGUH SABDA RASULULLAH Shallallahu alaiyhi wa Sallam ; أَبُو مَسْعُودٍ قَالَ : قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : ” إِنَّ مِمَّا أَدْرَكَ النَّاسُ مِنْ كَلَامِ النُّبُوَّةِ الْأُولَى، إِذَا لَمْ تَسْتَحِي فَاصْنَعْ مَا شِئْتَ “.(رواه البخاري) “Abu Mas’ud ra berkata, Rasulullah saw bersabda: “Sesungguhnya yang masih dijumpai oleh orang-orang dari perkataan kenabian terdahulu adalah: ‘JIKA ENGKAU TIDAK MALU, BERBUATLAH SESUKAMU’.” (HR. Bukhari)

Menghindarlah dari lingkungan Penyinta Kejahatan karena akibat setiap kejahatan akan kembali pada pelakunya
وعليها مااكتسبت
“dan terhadapnya ada (pula) suatu siksa atas (kejahatan) yang diperbuatnya.”
(Qs Al-Baqarah 2:286.[2/2 05.23]

KUAT DAN AMANAH, MUTLAK DIMILIKI PEMIMPIN PILIHAN
Syaikhul Islàm Ibn Taimiyyah berkata,
وينبغي أن يعرف الأصلح في كل منصب فإن الولاية لها ركنان : القوة والأمانة
Selayaknya untuk diketahui siapakah orang yang paling layak untuk posisi setiap jabatan. Karena kepemimpinan yang ideal, itu memiliki dua sifat dasar: kuat (mampu) dan amanah.
[Ahmad bin Abdul Halîm, (Majmû’ Al-Fatàwà, Dàrul Wafà’, 2005, 28/253);]

BERLINDUNG KEPADA ALLAH DARI PEMIMPIN KEKANAK-KANAKAN
اللهم إني أعوذبك من إمارةِ الصبيان والسفهاء
“Yà Allah, sungguh kami berlindung kepada-Mu dari pemimpin yang kekanak-kanakan dan dari pemimpin yang bodoh.”
[(Shahîh Al-Adab Al-Mufrad, 47/66);]

KEKUASAAN HARUSNYA UNTUK ISLAM

KHUTBAH PERTAMA
إنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ, نَحْمَدُهُ, وَنَسْتَعِينُهُ, وَنَسْتَغْفِرُهُ, وَنَعُوذُ بِاللَّهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا, وَسَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَامَنْ يَهْدِهِ اللَّهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ, وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ,أَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لَاشَرِيْكَ لَهُ، شَهَادَةَ مَنْ هُوَ خَيْرٌ مَّقَامًا وَأَحْسَنُ نَدِيًّا.
وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا محَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الْمُتَّصِفُ بِالْمَكَارِمِ كِبَارًا وَصَبِيًّا.
اَللَّهُمَّ فَصَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَانَ صَادِقَ الْوَعْدِ وَكَانَ رَسُوْلاً نَبِيًّا، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ الَّذِيْنَ يُحْسِنُوْنَ إِسْلاَمَهُمْ وَلَمْ يَفْعَلُوْا شَيْئًا فَرِيًّا، أَمَّا بَعْدُ، فَيَا أَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ رَحِمَكُمُ اللهُ، اُوْصِيْنِيْ نَفْسِيْ وَإِيَّاكُمْ بِتَقْوَى اللهِ، فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ.
قَالَ اللهُ تَعَالَى :
وَقُلْ رَّبِّ اَدْخِلْنِيْ مُدْخَلَ صِدْقٍ وَّاَخْرِجْنِيْ مُخْرَجَ صِدْقٍ وَّاجْعَلْ لِّيْ مِنْ لَّدُنْكَ سُلْطٰنًا نَّصِيْرًا
Katakanlah (Nabi Muhammad), “Ya Tuhanku, masukkan aku (ke tempat dan keadaan apa saja) dengan cara yang benar, keluarkan (pula) aku dengan cara yang benar, dan berikanlah kepadaku dari sisi-Mu kekuasaan yang dapat menolong(-ku).                   (QS Al-Isra’ [17]: 80).


Alhamdulillah, nikmat Allah mana yang kita dustakan. Sungguh, luar biasa banyak Allah karuniakan kenikmatan kepada kita kaum Muslim, terutama nikmat iman dan Islam. Shalawat dan salam semoga senantiasa dicurahkan kepada junjungan alam Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Bertakwalah kepada Allah kapan pun dan di mana pun Anda berada. Ingatlah, semua amal kita dicatat oleh malaikat di sisi kanan dan kiri kita, tanpa terjeda sedikit pun.

Hari-hari ini kita menyaksikan para calon presiden berlomba tebar pesona untuk memikat hati rakyat. Semuanya ingin menang dan berambisi menjadi penguasa. Kadang-kadang kita menyaksikan caranya tidak terpuji.

Padahal, jauh-jauh hari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam telah mengingatkan umatnya agar berhati-hati terhadap ambisi berkuasa ini. Beliau bersabda:
إِنَّكُمْ سَتَحْرِصُونَ عَلَى الإِمَارَةِ وَسَتَصِيرُ نَدَامَةً وَحَسْرَةً يَوْمَ الْقِيَامَةِ
Sungguh kalian akan berambisi terhadap kekuasaan, sementara kekuasaan itu berpotensi menjadi penyesalan dan kerugian pada Hari Kiamat.”                                 (HR al-Bukhari).

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengingatkan kaum Muslim akan bahaya hubb ar-ri’aasah (cinta kekuasaan), adalah bisa mendatangkan kerusakan pada agama para pelakunya.

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
مَا ذِئْبَانِ جَائِعَانِ أُرْسِلَا فِي غَنَمٍ بِأَفْسَدَ لَهَا مِنْ حِرْصِ المَرْءِ عَلَى المَالِ وَالشَّرَفِ لِدِينِهِ
Dua ekor serigala yang dilepas kepada seekor domba tidak lebih berbahaya bagi domba itu dibanding dengan ketamakan seseorang terhadap harta dan kedudukan merusak agamanya.”.  (HR at-Tirmidzi).

Kita saksikan berulang demi kekuasaan, tak sedikit orang menghalalkan segala cara, politik uang (money politic), menipu, pencitraan, dan sebagainya.

Kekuasaan hakikatnya adalah amanah. Amanah kekuasaan ini bisa menjadi beban pemangkunya di dunia dan mendatangkan siksa di akhirat. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
أَوَّلُ الإِمَارَةِ مَلامَةٌ، وَثَانِيهَا نَدَامَةٌ، وَثَالِثُهَا عَذَابٌ مِنَ اللَّهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ، إِلا مَنْ رَحِمَ وَعَدَلَ 
Kepemimpinan awal nya mendatangkan cacian, kedua bisa berubah menjadi penyesalan dan ketiga bisa mengundang azab dari Allah pada Hari Kiamat; kecuali orang yang memimpin dengan kasih sayang dan adil.”                            (HR ath-Thabarani).

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengingatkan bahwa hanya para pemimpin yang punya sifat kasih sayang dan adil yang akan selamat di hadapan Pengadilan Allah di akhirat kelak.

Sikap kasih sayang pemimpin ditunjukkan selalu memudahkan urusan rakyat, menggembirakan mereka dan tidak menakut-nakuti dengan kekuatan aparat dan hukum.

Adapun sikap adil pemimpin ditunjukkan dengan kesungguhan menegakkan syariah Islam. Sebab, tidak ada keadilan tanpa penegakan syariah Islam. Karena itulah siapapun menjadi penguasa, tidak menjalankan pemerintahannya berdasarkan syariah, maka dia berpotensi menjadi penguasa yang zalim dan fasik.

Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:
وَمَنْ لَّمْ يَحْكُمْ بِمَآ اَنْزَلَ اللّٰهُ فَاُولٰۤىِٕكَ هُمُ الظّٰلِمُوْنَ 
Siapa saja yang tidak memerintah dengan apa yang telah Allah turunkan (yakni al-Quran) maka mereka itulah kaum yang zalim.”       (TQS al-Maidah [5]: 45).

وَمَنْ لَّمْ يَحْكُمْ بِمَآ اَنْزَلَ اللّٰهُ فَاُولٰۤىِٕكَ هُمُ الْفٰسِقُوْنَ 
Siapa saja yang tidak memerintah dengan apa yang telah Allah turunkan (yakni al-Quran) maka mereka itulah kaum yang fasik”.           (TQS al-Maidah [5]: 47).

Karena itulah, kaum Muslim diperintahkan oleh Allah subhanahu wa ta’ala agar amanah— terutama amanah kekuasaan — yang benar-benar layak, berdasar kategori- kategori syariah. Di antara bukti kelayakannya adalah memiliki sifat adil,mau menegakkan syariah Islam atas dirinya dan rakyatnya). Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:
اِنَّ اللّٰهَ يَأْمُرُكُمْ اَنْ تُؤَدُّوا الْاَمٰنٰتِ اِلٰٓى اَهْلِهَاۙ وَاِذَا حَكَمْتُمْ بَيْنَ النَّاسِ اَنْ تَحْكُمُوْا بِالْعَدْلِ 
Sungguh Allah menyuruh kalian memberikan amanah kepada orang yang berhak menerima amanah tersebut, juga  (menyuruh kalian) jika menetapkan hukum di antara manusia agar kalian berlaku adil.”.    (TQS an-Nisa’ [4]: 58).

Imam ath-Thabari, dalam Tafsîr ath-Thabarî, menukil perkataan Ali bin Abi Thalib ra., “Kewajiban pemimpin/penguasa adalah berhukum dengan hukum yang telah Allah turunkan dan menunaikan amanah. Jika ia telah melaksanakan hal itu maka orang-orang wajib mendengarkan dan mentaati dia, juga memenuhi seruannya jika mereka diseru…”

Kekuasaan itu tidaklah haram. Bahkan dalam Islam kekuasaan amatlah penting. Kekuasaan itu amat diperlukan demi kemaslahatan agama dan umat. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pun berharap dapat meraih kekuasaan. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:
وَّاجْعَلْ لِّيْ مِنْ لَّدُنْكَ سُلْطٰنًا نَّصِيْرًا 
Berikanlah kepadaku dari sisi Engkau kekuasaan yang menolong     (TQS al-Isra’ [17]: 80).

Berkaitan dengan ayat di atas, Imam Ibnu Katsir, mengutip Qatadah, menyatakan: Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam amat menyadari bahwa beliau tidak memiliki daya untuk menegakkan agama ini kecuali dengan kekuasaan. Karena itulah beliau meminta kekuasaan agar bisa menolong Kitabullah, menegakkan hudud Allah, menjalankan berbagai kefardhuan- Nya dan menegakkan agama-Nya. (Ibnu Katsir, Tafsîr al-Qur’ân al-Azhîm, hlm. 1134).

Kekuasaan juga harus dibangun di atas pondasi agama, yakni Islam, dan ditujukan untuk menjaga Islam dan syariahnya serta memelihara urusan umat.

Imam al-Ghazali menyatakan, “Agama adalah pondasi, sedangkan kekuasaan adalah penjaganya. Apa saja yang tidak memiliki pondasi akan hancur dan apa saja yang tidak memiliki penjaga akan lenyap.”                                  (Al-Ghazali, Al-Iqtishaad fii al-I’tiqaad, hlm. 199).

Imam al-Mawardi juga mengatakan, “Berdasarkan dua hal ini (menjaga urusan dunia dan urusan agama) wajib mengangkat Imam/Khalifah agar menjadi penguasa saat ini, pemimpin umat, bertujuan agar agama terpelihara dengan kekuasannya, dan kekuasaan berjalan di atas ajaran-ajaran agama dan hukum- hukumnya.”            (Al-Mawardi, Adab ad-Dunyâ’ wa ad-Dîn, hlm. 220).

Dengan demikian kekuasaan harus diorientasikan untuk melayani Islam dan kaum Muslim. Bukan yang lain. Pemimpin seperti inilah yang layak dipilih oleh umat. []

بَارَكَ الله لِي وَلَكُمْ فِى اْلقُرْآنِ اْلعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِي وَإِيَّاكُمْ بِمَافِيْهِ مِنَ الْآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيمِ وَتَقَبَّلَ اللهُ مِنَّا وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ وَإِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ العَلِيْمُ، وَأَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا فَأسْتَغْفِرُ اللهَ العَظِيْمَ إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَّحِيْم

KHUTBAH II
اَلْحَمْدُ للهِ عَلىَ إِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى إلىَ رِضْوَانِهِ. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وِعَلَى اَلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كِثيْرًا
أَمَّا بَعْدُ فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوااللهَ فِيْمَا أَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَى بِمَلآ ئِكَتِهِ الْمُسَبِّحَةِ بِقُدْسِهِ وَقَالَ تَعاَلَى إِنَّ اللهَ وَمَلآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلِّمْ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَةِ اْلمُقَرَّبِيْنَ وَارْضَ اللّهُمَّ عَنِ اْلخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ أَبِى بَكْرٍ وَعُمَر وَعُثْمَان وَعَلي وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ

اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآء مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ اللهُمَّ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ اْلمُوَحِّدِيْنَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ أَعْدَاءَ الدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ. اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَا وَاإنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ.

عِبَادَاللهِ ! إِنَّ اللهَ يَأْمُرُبِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرْ

GHURUR MENURUT BAHASA ARTINYA ADALAH TERTIPU.

GHURUUR. “Kajian Kitab Al Ihya Ulumiddin,”

Ghurur adalah penyakit hati yang menimpa banyak orang di dunia ini, GHURUR MENURUT BAHASA ARTINYA ADALAH TERTIPU. Penyakit ghurur ini telah di jelaskan oleh Imam Ghazali dengan panjang luas sekali di dalam kitabnya “Ihya` Ulumiddin “

Penyakit ghurur ini sangat membahayakan sekali sebab kebanyakan orang yang menderitanya tidak merasa bahwa mereka terserang penyakit ghurur ini, kita tidak membicarakan ghururnya orang-orang kafir terhadap diri mereka atau kehidupan dunia ini, tetapi kita membicarakan penyakit ghurur yang diderita oleh umat Islam selama ini.

Imam Ghazali telah membagi ghurur ini kepada empat golongan :

1). Golongan ulama.
2). Golongan para Abid ( orang yang suka beribadah).
3). Golongan orang yang mengaku sufi.
4). Golongan orang yang memiliki harta , dan orang-orang tetipu daya dengan dunia.

(1). GOLONGAN ULAMA.

Penyakit ghurur ini tidak terlepas dari hati seorang ulama, bahayanya jika mereka tidak mengetahui bahwa mereka telah terkena virus ghurur yang membahayakan, akhirnya tidak secepatnya untuk mengobati penyakit itu, penyakit ghurur ini menyerang dengan cepat sehingga si penderita “mati” dari rasa harapan dan kesadaran diri kepada Allah.

Seorang yang alim merasa bahwa ilmu itu adalah mulia, mengajarkannya kepada orang adalah perkara yang mulia pula, maka dia lalai dan tertipu daya dengan sibuk mengajarkan ilmu tanpa membekalkan amal ibadah dan mengamalkannya terlebih dahulu sebelum disampaikan kepada orang lain, ini adalah penyakit ghurur.

Seorang yang alim merasa memiliki ilmu sehingga beliau merasa bahwa dirinya mesti di hormati dan disegani, ingin selalu dikedepankan dan di ketengahkan, keinginannya agar seluruh perkatannya didengar, seluruh perkataannya benar, ingin diangkat-angkat dan dipuja-puja, setiap orang mesti mencium tangannya, ini adalah penyakit ghurur.

Seorang ulama yang alim dengan ilmu syari`at dan selalu mengamalkannya kemudian mengajarkannya kepada orang lain, tetapi beliau tidak memahami ilmu makrifat kepada Allah, dengan alasan bahwa tidak ada ilmu tersebut, maka ini juga bagian dari orang yang memilki penyakit ghurur.

Seorang yang berhasil mengamalkan ilmunya , menjauhkan anggota tubuhnya dari segala maksiat, melaksanakan segala amalan ta`at, tetapi lupa membersihkan dirinya dan hatinya dari segala maksiat hati seperti hasad, riya’, takabbur, ini juga orang yang terserang penyakit ghurur.

Seorang ulama yang mengamalkan segala ta`at dan menjauhkan segala maksiat, beliau merasa bahwa dirinya bersih dan dekat dengan Allah, maka ini juga penyakit ghurur, sebab Allah lebih mengetahui keadaan hati para hambanya.

Seorang ulama yang sibuk dengan berjidal, berdebat, bukan untuk mencari kebenaran tetapi untuk mencari ketenaran dan kehebatan, bila mampu mengalahkan lawan maka dia tergolong orang yang hebat dan alim, ini juga tergolong penyakit ghuruur.

Seorang ulama yang selalu berdakwah dan berceramah dengan menyampaikan untaian kata-kata yang indah, dapat menarik perhatian para pendengar, sehingga mendatangkan peminat-peminat yang banyak, pengikut yang setia, lupa dengan tujuan dakwah yang sebenarnya, sibuk hanya mencari ketenaran dan nama, penyakit ini juga tergolong ghuruur.

(2). GOLONGAN ‘ABID.

Kegiatan ibadah juga dapat membawa seseorang tertipu daya dengan diri sendiri sehingga bukan menjadikan diri semakin dekat dengan Allah bahkan membuat diri menjadi jauh, diantara contohnya :

Seseorang yang sibuk dengan ibadah-ibadah sunnah dan fadhilah tetapi melupakan dan meninggalkan ibadah-ibadah wajib, seperti sibuk melaksanakan shalat sunnah malam tetapi meninggalkan shalat subuh karena ketiduran dan kelelahan ketika waktu malamnya atau senang dengan shalat tarawih tapi masih punya hutang shslat fardlu/belum diqadlaa’, inilah penyakit ghuruur.

Orang yang sibuk mengambil air wudhu` dan berlebih-lebihan di dalam membasuhnya disebabkan was-was yang datang didalam hati mengkabarkan bahwa wudhu`nya tidak sah, penyakit was-was yang menimpa pada setiap ibadah merupakan bagian ghuruur juga.

Seseorang yang terlalu sibuk membaca al-Qur`an, tetapi tanpa mau memikirkan dan memahami segala makna-maknanya, sehingga tidak memahami apa maksud atau penjelasan-penjelasan dari yang ia baca setiap hari.

Seseorang yang sibuk dengan puasa setiap harinya, tetapi lidahnya selalu menceritakan aib orang lain, tidak pernah menjauhkan hatinya dari riya` dan penyakit-penyakit hati, puasanya selalu dibuka dengan makanan-makanan yang haram.

Seseorang yang menunaikan ibadah haji hanya karena ingin digelar dengan haji, tidak mengikhlas kan diri untuk melaksanakan amal ibadah haji, tidak meninggalkan segala kejahatan-kejahatan, melaksanakan ibadah haji agar dipandang orang dan dianggap orang kaya.

Seseorang yang mengamalkan Ibadah sunnah dan fadhilah merasakan ibadah tersebut nikmat dan lezat, mendapatkan ke khusyu’an, tetapi jika melaksanakan ibadah yang wajib dan fardhu tidak merasakan kenikmatan dan kekhyusu’an.

Seseorang yang melaksanakan zuhud dan ibadah , bertaubat dan berzikir, merasakan bahwa dia telah sampai kepada derajat kezuhudan, telah sampai kepada derajat makrifah kepada Allah, padahal hatinya masih tersimpan segudang kecintaan terhadap dunia, mengharap pangkat dan kedudukan, mengharap pujian dan penghormatan, inilah penyakit ghuruur.

(3). GOLONGAN ORANG YANG MENGAKU SUFI.

Seseorang yang mengaku sufi, menggunakan pakaian-pakaian tertentu, bergaya dengan gaya ulama-ulama sufi, berzikir dengan menari dan nyanyian – nyanyian pemenuh hawa nafsu, menganggap diri telah sampai kepada Allah, menganggap mendapat ilham dan kasyaf, inilah mereka yang tertipu dan inilah penyakit ghurur.

Seorang yang mengaku sufi, merasa telah berbuat zuhud dan wara’, memakai pakaian yang usang dan bau, mementing kan bersih hati, tetapi segala anggota tubuh kotor dengan maksiat dan dosa, inilah penyakit ghurur.

Seseorang yang mengaku sufi, tetapi tidak mengikuti jalan para ulama-ulama pembesar sufi seperti Imam Abu Qosim al-Junaidi al-Baghdadi dan yang lainnya, mengaku telah sampai kepada fana` fillah dan baqa fi llah, tidak menjadikan al-Qur`an dan sunnah sebagai pegangan,_ menghina syariat dan memuja-muja hakikat. inilah penyakit ghurur.

(4). GOLONGAN ORANG YANG MEMILIKI HARTA DAN ORANG YANG TERTIPU DENGAN DUNIA.

Seseorang yang menganggap bahwa harta dan uangnya yang mampu menyelamatkan nya dan memuliakannya di permukaan dunia ini, harta merupakan pujaan dan ketinggian, memiliki harta berarti memiliki kebesaran dan kesenangan yang hakiki, sehingga lupa membayar zakat, menyantuni orang miskin, dan bisa berbuat sesuka hatinya inilah penyakit ghurur.

Seseorang yang membangun masjid, menyantun anak yatim, membantu korban bencana alam, tetapi ingin di puji dan di besar-besarkan kebaikannya, agar orang menyanjung nya dan menggelarnya seorang yang dermawan inilah penyakit ghurur.

Dengan memahami hal yang demikian, semoga kita semua tidak termasuk golongan orang-orang yang terkena penyakit ghurur (tipu daya) penyakit yang menjadikan seorang hamba jauh dari ridha Allah Ta’ala

Semoga kita bisa terus istiqamah dan mengetahui bisikan nafsu didalam diri ini. dan Semoga Allah menjauhkan kita dari sifat ghurur ini, Aamiin Yaa Rabbal ‘alamiin.

SELALULAH MENDOAKAN KEBAIKAN PASANGAN NYA (Suami istri).
Jika seseorang ingin mendapat kan sesuatu, ia perlu mengetahui siapakah yang memilikinya ….
Ia tidak bisa mendapatkan sesuatu tersebut melainkan dari pemiliknya.

Begitulah pula halnya dengan rezeki.
Rezeki sebenarnya adalah pemberian dari Allah Azza wa Jalla. Dialah yang Maha Pemberi rezeki.
Maka jangan hanya mengandalkan usaha manusiawi namun perbanyaklah berdoa memohon kepadaNya.

Doakan pasangan kita (suami isteri) agar senantiasa mendapat kan limpahan rezeki dari Allah, dan yakin lah jika istri berdoa kepada Allah untuk suaminya pasti Allah akan mengabulkannya.

Demikianlah pula sebaliknya.
وَقَالَ رَبُّكُمُ ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ
Dan Tuhanmu berfirman: Berdoalah kepadaKu niscaya Aku kabulkan.”
(QS. Ghafir:60).

BERTAQWA KEPADA ALLAH SUBHANAHU WA TA’ALA, REZEKINYA AKAN MENINGKAT
Orang yang bertaqwa akan mendapatkan jaminan rezeki dari Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Bahkan ia akan mendapatkan rezeki dari arah yang tak disangka-sangka.
Sebagaimana firman Allah dalam surat Ath Talaq ayat 2 dan 3.
Barangsiapa bertaqwa kepada Allah, niscaya Diab akan mengadakan jalan. keluar baginya dan memberinya rizki dari arah yang tidak disangka-sangka.”
(QS. At Thalaq: 2-3).

BERNIATLAH YANG BAIK.
يفوز أهل النية الطيبة في النهايات مهما تعددت خساراتهم

Pemilik niat yang baik akan beruntung di akhir perjuangannya walaupun ia harus tersungkur berkali kali.

Jangan pernah berhenti BERBUAT KEBAIKAN SELALU JADILAH PEMURAH DAN DERMAWAN.

Semoga bermanfaat
Wassalam
Buya Hma Majo Kayo
Buya Masoed Abidin
Buya MAbidin Jabbar

BERDOALAH UNTUK UMAT YANG TERUSIR DI TANAHNYA SENDIRI.

DOA YANG SANGAT BAGUS UNTUK DIAMALKAN.
Rasulullah ﷺ mengajarkannya kepada istri beliau, sayyidah Aisyah Radhiyallahu ‘anha, untuk diamalkan.
Dari Ummul Mukminin, ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, Rasulullah ﷺ mengajarkan doa berikut ini;
اَللّٰهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ مِنَ الخَيْرِ كُلِّهِ عَاجِلِهِ وَآجِلِهِ ، مَا عَلِمْتُ مِنْهُ وَمَا لَمْ أَعْلَمْ ، وَأَعُوْذُ بِكَ مِنَ الشَّرِّ كُلِّهِ عَاجِلِهِ وَآجِلِهِ ، مَا عَلِمْتُ مِنْهُ وَمَا لَمْ أَعْلَمْ، اَللّٰهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ مِنْ خَيْرِ مَا سَأَلَكَ عَبْدُكَ وَنَبِيُّكَ ، وَأَعُوْذُ بِكَ مِنْ شَرِّ مَا عَاذَ بِهِ عَبْدُكَ وَنَبِيُّكَ ، اَللّٰهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ الجَنَّةَ وَمَا قرَّبَ إِلَيْهَا مِنْ قَولٍ أَوْ عَمَلٍ ، وَأَعُوْذُ بِكَ مِنَ النَّارِ وَمَا قَرَّبَ إِلَيْهَا مِنْ قَوْلٍ أَوْ عَمَلٍ ، وَأَسْأَلُكَ أَنْ تَجْعَلَ كُلَّ قَضَاءٍ قَضَيْتَهُ لِي خَيْرًا.
Ya Allah, aku memohon kepada-Mu semua kebaikan yang disegerakan maupun yang ditunda, apa yang aku ketahui maupun tidak aku ketahui. Aku berlindung kepada-Mu dari semua keburukan, baik yang disegerakan maupun yang ditunda, yang aku ketahui maupun yang tidak aku ketahui. Ya Allah, sungguh aku memohon kepada-Mu dari kebaikan apa yang diminta oleh hamba dan Nabi-Mu Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada-Mu dan aku berlindung kepada-Mu dari apa yang diminta perlindungan oleh hamba dan nabi-Mu. Ya Allah, aku memohon kepada-Mu surga dan apa yang mendekatkan kepadanya baik berupa ucapan maupun perbuatan. Dan aku berlindung kepada-Mu dari neraka dan apa yang mendekat kan kepadanya baik berupa ucapan atau perbuatan. Dan aku memohon kepada-Mu semua takdir yang Engkau tentukan baik untukku.”
(HR. Ibnu Majah, no. 3846 dan Ahmad, 6: 133. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa sanad hadits ini sahih).

BERDO’A ADALAH PERINTAH ALLAH.
Allah Subhànahû wa Ta’àlà berfirman :
وَاِذَا سَاَلَكَ عِبَادِيْ عَنِّيْ فَاِنِّيْ قَرِيْبٌ ۗ اُجِيْبُ دَعْوَةَ الدَّاعِ اِذَا دَعَانِۙ فَلْيَسْتَجِيْبُوْا لِيْ وَلْيُؤْمِنُوْا بِيْ لَعَلَّهُمْ يَرْشُدُوْنَ
Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka jawablah, bahwasanya Aku adalah dekat.
Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi segala perintah-Ku, dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.”
(QS. Al-Baqarah: 186).

DO’A ITU, PEREDAM MURKA ALLAH
Nabi Shallallàhu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ لَمْ يَسْأَلِ اللَّهَ يَغْضَبْ عَلَيْهِ
“Siapa saja yang tidak meminta pada Allah, maka Allah akan murka padanya.” (HR. At-Tirmidzî no. 3373)

DO’A KITA PASTI DITERIMA SELAGI KITA TIDAK TERGESA-GESA.
Nabi Shallallàhu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لا يَزَالُ يُسْتَجابُ لِلْعَبْدِ مَا لَمْ يَدْعُ بإثم أو قَطِيعَةِ رَحِمٍ ما لم يستعجلْ ، قيل : يا رَسول الله ، ما الاستعجال ؟ قال : يقول : قد دعوتُ ، وقد دَعَوتُ فلم أرَ يستجيب لي ، فَيَسْتَحْسِرُ عند ذلك ، ويَدَعُ الدعاءَ
Do’a seorang hamba akan selalu dikabulkan selagi tidak memohon sesuatu yang berdosa atau pemutusan kerabat, atau tidak tergesa-gesa.” Mereka bertanya: “Apa yang dimaksud tergesa-gesa ?” Beliau menjawab : Dia berkata; Saya berdo’a berkali-kali tidak dikabulkan, lalu dia merasa menyesal kemudian meninggal kan do’a.”
(HR. Muslim, Kitàb Dzikir wa Du’à 4/87).

ORANG YANG PALING LEMAH ADALAH YANG TIDAK MAU BERDO’A
Nabi Shallallàhu ‘alaihi wa sallam bersabda,
أَعْجَزُ النَّاسِ مَنْ عَجَزَ عَنِ الدُّعَاءِ وَأَبْخَلُهُمْ مَنْ بَخِلَ بِالسَّلاَمِ
Orang yang lemah adalah orang yang meninggalkan berdo’a dan orang yang paling bakhil adalah orang yang bakhil terhadap salam“.
(HR. Ath-Thabrànî, Al-Ausath. Syaikh Al-Albànî “Shahîh”, As-Silsilah Ash-Shahîhah, 2/152-153 no. 601).

JANGAN BIARKAN ORANG LAIN MEWARNAI HIDUPMU.
لا تدع غيرك يلوّن حياتك
فقد لا يحمل بيده سوى قلم أسود
“Jangan biarkan seseorang mewarnai kehidupanmu, karena bisa saja ia tidak memiliki apa-apa selain tinta hitam untuk mewarnaimu.”

RIDHA DAN ISTIQAMAH KEKUATAN DALAM HIDUP

RIDHALAH MENERIMA KETENTUAN ALLAH

Dari Anas bin Malik, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِذَا أَرَادَ اللَّهُ بِعَبْدِهِ الْخَيْرَ عَجَّلَ لَهُ الْعُقُوبَةَ فِى الدُّنْيَا وَإِذَا أَرَادَ اللَّهُ بِعَبْدِهِ الشَّرَّ أَمْسَكَ عَنْهُ بِذَنْبِهِ حَتَّى يُوَفَّى بِهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ
Jika Allah mengingin kan kebaikan pada hamba, Dia akan segerakan hukuman nya di dunia. Jika Allah menghendaki kejelekan padanya, Dia akan mengakhir kan balasan atas dosa yang ia perbuat hingga akan ditunaikan pada hari kiamat kelak..”
(HR. Tirmidzi no. 2396).

Juga dari hadits Anas bin Malik, beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِنَّ عِظَمَ الْجَزَاءِ مَعَ عِظَمِ الْبَلاَءِ وَإِنَّ اللَّهَ إِذَا أَحَبَّ قَوْمًا ابْتَلاَهُمْ فَمَنْ رَضِىَ فَلَهُ الرِّضَا وَمَنْ سَخِطَ فَلَهُ السَّخَطُ
Sesungguhnya pahala besar karena balasan untuk ujian yang berat. Sungguh, jika Allah menyintai suatu kaum, maka Dia akan menimpakan ujian untuk mereka. Barangsiapa yang Ridha, maka ia yang akan meraih Ridha Allah. Barangsiapa siapa yang tidak suka, maka Allah pun akan murka.”
(HR. Ibnu Majah no. 4031).

FAEDAH DARI DUA HADITS DI ATAS ADALAH ;
1). Musibah yang berat (dari segi kualitas dan kuantitas) akan mendapat balasan pahala yang besar.

2). Tanda Allah cinta, Allah akan menguji hamba-Nya.
Allah yang lebih mengetahui keadaan hamba-Nya.
Lukman Hakim (seorang shalih) berpesan kepada anaknya,
يا بني الذهب والفضة يختبران بالنار والمؤمن يختبر بالبلاء
Wahai anakku, ketahuilah bahwa emas dan perak diuji keampuhan nya dengan api sedangkan seorang mukmin diuji dengan ditimpakan musibah..”

3). Siapa yang ridha dengan ketetapan Allah, ia akan meraih ridha Allah dengan mendapat pahala yang besar.

4). Siapa yang tidak suka dengan ketetapan Allah, ia akan mendapat siksa yang pedih.

5). Cobaan dan musibah dinilai sebagai ujian bagi wali Allah yang beriman.

6). Jika Allah menginginkan kebaikan pada hamba, Dia akan segerakan hukumannya di dunia dengan diberikan musibah yang ia tidak suka sehingga ia keluar dari dunia dalam keadaan bersih dari dosa.

7). Jika Allah menghendaki kejelekan padanya, Dia akan mengakhirkan balasan atas dosa yang ia perbuat hingga akan ditunaikan pada hari kiamat kelak. Ath Thibiy berkata, “Hamba yang tidak dikehendaki baik, maka kelak dosanya akan dibalas hingga ia datang di akhirat penuh dosa sehingga ia pun akan disiksa karenanya.”
(Lihat Faidhul Qadir, 2: 583, Mirqatul Mafatih, 5: 287, Tuhfatul Ahwadzi, 7: 65).

  1. Dalam Tuhfatul Ahwadzi disebutkan, “Hadits di atas adalah dorongan untuk bersikap sabar dalam menghadapi musibah setelah terjadi dan bukan maksudnya untuk meminta musibah datang karena ada larangan meminta semacam ini.”
    Mengapa mesti bersedih dalam menghadapi cobaan?
    Sabar dan terus bersabar, itu solusinya.

RENUNGAN Kesepian Ketika Kita Sudah Tinggal Sendiri.
JIKA SAJA KESEMPATAN ITU BISA KEMBALI..
تمنيــــــــــت ..
أن أتزوج و فعلاً تزوجت
ولكن الحياة موحشة بلا أوﻻد.
1⃣ AKU BERANGAN
Kelak aku bisa menikah … Dan sungguh sekarang telah terwujud kan … Akan tetapi kehidupan terasa sepi tanpa kehadiran anak- anak di sekitarku.
فتمنيــــــــــت ..
أن أرزق بالأطفال
وفعلآ رزقت بالأطفال ..
ولكنني ما لبثت إلا وقد سئمت
من جدران الشقة.
2⃣ AKU BERANGAN
Agar aku dianugrahkan anak keturunan …. Dan sekarang angan-angan itu terwujudkan …
Akan tetapi tidaklah aku menetap kecuali rasa bosan melanda akan dinding-dinging rumah ini, tanpa ada anak yang menyertai.
فتمنيــــــــــت ..
أمتلك منزﻵ به حديقة.
وفعلاً وبعد عناء
امتلكت المنزل والحديقة
ولكن اﻷوﻻد كبروا.
3⃣ AKU BERANGAN
Agar aku memiliki rumah yang memiliki taman … Dan sungguh harapan itu terwujudkan.
Aku memiliki rumah beserta tamannya … Akan tetapi,anak-anak telah dewasa dan meninggalkan aku sendirian di rumah besar.
فتمنيــــــــــت ..
أن أزوجهم.
وفعلاً تزوجوا لكنني سئمت
من العمل ومن مشاقه
أصبح يتعبني.
4⃣ AKU BERANGAN
Untuk menikahkan mereka.
Dan sungguh telah terwujud, aku telah menikahkan mereka …
Akan tetapi aku pun merasa jenuh dari pekerjaan dan beban hidup.
Yang membuatku lelah.
فتمنيــــــــــت ..
أن أتقاعد لأرتاح ..
وفعلآ تقاعدت وأصبحت
وحيداً كما كنت بعد
تخرجي تماماً ..
5⃣ AKU BERANGAN
Agar aku bisa pensiun dari perkerjaan dan beristirahat, Dan sungguh harapan itu terwujudkan …. Akupun kembali seorang diri seperti dahulu kala.
فتمنيــــــــــت ..
أن أحفظ القرآن ..
لكن ذاكرتي خانتني ..
6⃣ AKU BERANGAN
Untuk menghafal Al-quran, Akan tetapi, ingatanku tidak lagi kuat.
فتمنيــــــــــت ..
أن أصوم لله ..
لكن صحتي لم تسعفني ..
7⃣ AKU BERANGAN
Untuk berpuasa karena Allah, Akan tetapi kesehatan ku tidak lagi mendukung.
فتمنيــــــــــت ..
أن أقوم الليل ..
لكن قدماي لم تعد تقوى على حملي ..
8⃣ AKU BERANGAN
Untuk SHALAT Tahajjud di malam hari … Akan tetapi kedua kakiku tidak lagi kuat untuk menopang tubuhku.

JADI LAH ISTIQAMAH DI JALAN ALLAH.
Kewajiban Bersyukur dan Istiqamah Menjauhi Hubuul-Maal.
Meminta kepada selain Allah atau menjadi hamba benda (hubbulmaal) adalah watak yang tidak pantas dimiliki oleh manusia yang berakal. Keberadaan manusia di alam ini hanya tersebab “rahmat” dan “rahim” dari Allah Azza Jalla.
Karena itu manusia dengan kesungguhan hati bersyukur kepada Allah atas segala karunia yang ada pada diri dan alam keliling kita.

PENGHAMBAAN KEPADA MATERI, PASTI MENDATANG KAN BENCANA. Benda dan alam hanyalah rahmat Allah untuk mencapai kemakmuran dan bukanlah tujuan hidup. Amatlah salah bila manusia rela diperbudak materi sehingga jatuh menjadi hubbul maal (budak materi) atau hubbud dun-ya (budak dunia). Bermacam bencana akan menimpa manusia di arena “perebutan materi” itu.
Firman Allah menyatakan; “Dan ingatlah tatkala TuhanMu mempermaklumkan, Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Aku tambah nikmatku kepadamu dan jika kamu mengingkari nikmatKu, maka sesungguhnya adzabKu sangatlah pedih.” (QS. Ibrahim : 7).
Itulah sebabnya bila mampu mensyukuri nikmat yang Allah berikan maka kian hari nikmat itu kian bertambah dan akan membawa ketenangan di hati.

Nikmat tidak hanya materi. Nikmat Allah juga dalam bentuk,
✓. nikmat iman,
✓. nikmat sehat,
✓. nikmat keberkahan,
✓. nikmat kebahagiaan yang kita rasakan bahkan sakit, ujian, cobaan dan penderitaan juga disebut sebagai nikmat.
Kemampuan untuk bersyukur atas semua nikmat inilah Allah memberikan rasa ridha kepada diri kita.
Ridha adalah kemampuan menerima apapun yang Allah berikan kepada kita. Dalam kondisi senang dan susah, sedih dan bahagia, tawa dan air mata, amat berarti dalam hidup karena semuanya itu datang dari Allah. Inilah yang disebut dengan keajaiban bersyukur.
Dalam keadaan apapun kita merasakan kedamaian hati, kita senantiasa menyadari hidup dan mati kita hanyalah untuk Allah semata.
Kenalilah Allah ketika dalam keadaan senang, niscaya Dia mengenalimu ketika dalam keadaan susah.” (HR. Ahmad).

Alam yang mencakup bumi, langit dan seisinya itu adalah anugerah Allah yang ditundukkan kepada manusia untuk dijadikan objek sasaran tugas sang Khalifah. Sehingga secara bertahap dengan kerja jasmani dan kecerdasan akal manusia, peradaban akan semakin meningkat dan maju dalam menyejahtera- kan umat manusia.

ALANGKAH BENAR UCAPAN RASULULLAH,
💧 اغتنم خمسا قبل خمس :
— شبابك قبل هرمك ..
— وصحتك قبل سقمك ..
— وغناك قبل فقرك ..
— وفراغك قبل شغلك ..
— وحياتك قبل موتك ..
MANFAATKANLAH LIMA PERKARA SEBELUM DATANG NYA LIMA PERKARA :
1). MASA MUDA MU SEBELUM TIBA MASA TUA MU,
2). MASA SEHAT MU SEBELUM TIBA MASA SAKIT MU,
3). MASA KECUKUPAN MU SEBELUM TIBA MASA KEFAKIRAN MU,
4). MASA LUANGMU SEBELUM DATANG MASA SIBUKMU,
5). KEHIDUPAN MU SEBELUM TIBA AJAL KEMATIAN MU.

Ya Allah,
Bantulah kami untuk selalu mengingat-Mu,
Selalu bersyukur pada-Mu,
Dan untuk selalu memperbaiki ibadah kami.
إن لم يكن في برنامجك اليومي
— ركعتي الضحى
— وحزب من القرآن
— ووتر من الليل
— وكلمة طيبة
— وصدقة تطفيء غضب الرب
فأي طعم للحياة بقي .
Jika rutinitas keseharian mu tidak terdapat :
√ Dua raka’at shalat dhuha,
√ Porsi membaca Al-Quran,
√ Shalat witir di malam hari,
√ Ucapan baik,
√ Sedekah yang menjadi REDHA wajah Rabb-Mu dan meredakan kemarahan Rabb-mu,
Maka kenikmatan hidup apakah yang tersisa…???

Berkata penyair ‘arab,
ليت الشباب يعود يوما
فأخبره بما فعل المشيب.
“Duhai sekiranya masa muda bisa kembali walau sehari.”
“Sungguh aku akan kabarkan apa yang dirasa kan di masa tua.”

NASEHAT AHLI HIKMAH :
1). Siapa yang ingin menjadi kaya, hendaknya ia selalu senang dengan apa yang diberikan Allah kepadanya, baik berupa harta benda, maupun yang lainnya.

2). Siapa yang ingin pandai dalam urusan agamanya, maka hendaknya mau menerima kebenaran dari Allah yang disampaikan oleh siapapun datangnya

3). Siapa yang ingin menjadi yang bijak, hendaknya dia menjadi orang berilmu.

4). Siapa yang ingin aman dari gangguan manusia, maka hendaknya dia berusaha tidak membuka aib orang lain.

5). Siapa yang ingin dapat kemuliaan didunia dan akhirat, maka hendaknya utamakan urusan akhirat diatas kepentingan duniawi.

6). Siapa yang ingin memperoleh surga di dunia dan surga di akhirat, maka hendaknya dia banyak memberi, karena yang banyak memberi itu dekat dengan surga dan jauh dari neraka.

7). Tidak akan bisa berkumpul antara iman dan bakhil (kikir) di hati seorang mukmin selamanya. Adakah penyakit yang lebih berbahaya daripada bakhil? – (HR. Bukhari Muslim).

8). Siapa yang menjadikan dunia tujuan hidupnya, maka Allah akan menjadikan dirinya sibuk dengan dunianya, sedangkan dunia akan menghampirinya sebatas yang telah ditentukan untuknya jua. Tidak lebih.

9). Siapa yang menjadikan akhirat sebagai tujuannya, maka Allah akan memudahkan semua urusannya, menjadikan hatinya kaya, dan dunia akan mendatanginya dengan mudah.

10). Siapa yang menyangka bahwa ia punya penolong lebih kuat dari Allah, berarti ia belum mengenal Allah dengan baik.

11). Siapa yang mengira dirinya punya musuh yang lebih berbahaya dari dorongan nafsunya, berarti ia belum mengenal dirinya dengan baik.

12). Jadilah orang yang paling baik disisi Allah. Jadilah orang yang paling berkekurangan dalam pandangan dirimu. Jadilah manusia biasa di hadapan orang lain. “Sesempurna Iman seorang adalah yang paling baik akhlaknya”. (HR.Tirmidzi).

Agar peradaban membawa kepada kemaslahatan dan menyejahterakan umat maka bimbingan agama menjadi penyempurna rahmat Allah bagi manusia. Maka, kewajiban setiap diri memelihara jasmani dengan menjaga kesehatannya.
Akal mesti dikembangkan dengan ilmu pengetahuan.
Agama wajib dilaksanakan dalam realitas kehidupan.
Perintah Allah dengan Alquran mesti diyakini sebagai pedoman hidup yang paripurna.
اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ اْلعَفْوَ وَ العَافِيَةَ فيِ دِيْنِنَا وَ دُنْيَاناَ وَ أَهْلِيْنَا وَ أَمْوَالِنَا، رَبَّنَا آتِنَا فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَ فِى الآخِرَةِ
حَسَنَةً وَ قِنَا عَذَابَ النَّارِ.

Wassalam BuyaHMA
Buya Hma Majo Kayo
Buya MAbidin Jabbar
Buya Masoed Abidin
Buya Masoed Abidin
Masoed Abidin ZAbidin Jabbar

Padang 24 Agustus 2015 M/9 Dzulqa’dah 1436 H

Hidupkan kembali lembaga puro, GALI DARI AJARAN ISLAM

a. Hidupkan kembali kebiasaan menabung dan berhemat dalam satu simpanan bernama puro.

b. Juga menghidupkan kebiasaan berinfaq, bersedekah dan berzakat sebagai suatu usaha pelaksanaan syariat Islam,

c. menghimpun dana dari ummat yang berada untuk dikembalikan kepada ummat yang lemah (dhu’afak).

Ajaran Islam sangat banyak memberikan dorongan kepada sikap-sikap untuk maju, antara lain:

1. Keseimbangan

Hukum Islam menghendaki keseimbangan antara perkembangan hidup rohani dan perkembangan jasmani ;

a) “Sesungguhnya jiwamu (rohani-mu) berhak atas kamu (supaya pelihara) dan badanmu (jasmanimu) pun berhak atasmu supaya kamu pelihara” (Hadist).

b) “Berbuatlah untuk hidup akhiratmu seolah-olah kamu akan mati besok dan berbuatlah untuk hidup duniamu, seolah-olah akan hidup selama-lamanya”. (Hadist).

2. Self help

Mencari nafkah dengan “usaha sendiri“, dengan cara yang amat sederhana sekalipun adalah “lebih terhormat“, daripada meminta-minta dan menjadi beban orang lain :

c) “Kamu ambil seutas tali, dan dengan itu kamu pergi kehutan belukar mencari kayu bakar untuk dijual pencukupan nafkah bagi keluargamu, itu adalah lebih baik bagimu dari pada berkeliling meminta-minta”. (Hadist).

Diperingatkan bahwa membiarkan diri hidup dalam kemiskinan dengan tidak berusaha adalah salah :

d). “Kefakiran (kemiskinan) membawa orang kepada kekufuran (keengkaran)” (Hadist).

3. Tawakkal

Tawakkal bukan berarti “hanya menyerahkan nasib” kepada Tuhan, dengan tidak berbuat apa-apa;

e) Jangan kamu menadahkan tangan dan berkata : “Wahai Tuhanku, berilah aku rezeki, berilah aku rezeki”, sedang kamu tidak berikhtiar apa-apa. Langit tidak menurunkan hujan emas ataupun perak.

f) “Bertawakkal lah kamu, seperti burung itu bertawakkal”. (Atsar dari Shahabat).

Tak ada kebun tempat ia bertanam, tak ada pasar tempat ia berdagang, tetapi tak kurang suatu apa, setiap pagi dia terbang meninggalkan sarangnya.

Sang burung terbang meninggalkan sarang dalam keadaan lapar, dan setiap sore dia kembali dalam keadaan “kenyang“.

4. Kekayaan Alam

g) “Di arahkan perhatian kepada alam sekeliling yang merupakan sumber kehidupan bagi manusia. Kepada alam tumbuh-tumbuh yang indah, berbagai warna,menghasilkan buah bermacam rasa.

Kepada alam hewan dan ternak serba guna dapat dijadikan kendaraan pengangkutan barang berat, dagingnya dapat dimakan, kulitnya dapat dipakai sebagai sandang. Kepada perbendahara-an bumi yang berisi logam yang mempunyai kekuatan besar dan banyak manfaat.

Kepada lautan samudera yang terhampar luas, berisikan ikan dan berdaging segar, dan perhiasan yang dapat dipakai, permukaannya dapat diharungi dengan kapal-kapal; supaya kamu dapat mencari karunia-Nya (karunia Allah), dan supaya kamu pandai bersyukur”

Kepada bintang di langit, yang dapat digunakan sebagai petunjuk-petunjuk jalan, penentuan arah bagi musafir”.

5. Time – Space – Consciousness

h. “Dibangkitkan kesadaran kepada ruang dan waktu (space and time consciousness) kepada peredaran bumi, bulan dan matahari, yang menyebabkan pertukaran malam dan siang dan pertukaran musim, yang memudahkan perhitungan bulan dan tahun, antara lain juga saat untuk menunaikan rukun Islam yang kelima kepada kepentingan nya waktu yang kita pasti merugi bila tidak diisi dengan amal perbuatan.

i. “Kami jadikan malam menyelimuti kamu (untuk beristirahat), dan kami jadikan siang untuk kamu mencari nafkah hidup”.

j. “Dibandingkan kesadaran kepada bagaimana luasnya bumi Allah ini” dianjurkan supaya jangan tetap tinggal terkurung dalam lingkungan yang kecil, dan sempit dan Dia lah yang menjadikan bumi mudah untuk kamu gunakan.

Maka berjalanlah di atas permukaan bumi, dan makanlah dari rezekiNya dan kepada Nya lah tempat kamu kembali.

Maka berpencarlah kamu diatas bumi, dan carilah karunia Allah dan (di samping itu) banyaklah ingat akan Allah, supaya kamu mencapai kejayaan”.

6. Jangan Boros

k. “Yang perlu dijaga ialah supaya dalam segala sesuatu harus pandai mengendalikan diri,agar jangan melewati batas, dan berlebihan.

“Wahai Bani Adam, pakailah perhiasanmu, pada tiap-tiap (kamu pergi) ke masjid (melakukan ibadah); dan makanlah dan minumlah, dan jangan melampaui batas; sesungguhnya Dia tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas”.

Kalau disimpulkan ;

Alam ditengah-tengah mana manusia berada ini, tidak diciptakan oleh Yang Maha Kuasa dengan sia-sia, dalamnya terkandung faedah-faedah kekuatan, dan khasiat-khasiat yang diperlukan oleh manusia untuk memperkembang dan mempertinggi mutu hidup jasmaninya.

Manusia diharuskan berusaha membanting tulang dan memeras otak untuk mengambil sebanyak-banyak faedah dari alam sekelilingnya itu, menikmatinya, sambil mensyukurinya, beribadah kepada ilahi, serta menjaga dari pada melewati batas-batas yang patut dan pantas, agar jangan terbawa hanyut oleh materi dan hawa nafsu yang merusak. Dan ini semua adalah suatu bentuk persembahan manusia kepada Maha Pencipta, yang menghendaki keseimbangan antara kemajuan dibidang rohani dan jasmani.

Sikap hidup (attitude towards life) yang demikian, tak dapat tidak merupakan sumber dorongan bagi kegiatan penganutnya.

Begitu juga di bidang ekonomi, yang bertujuan terutama untuk keperluan-keperluan jasmani (material needs).

“Hasil yang nyata” dari dorongan-dorongan tersebut tergantung kepada dalam atau dangkalnya sikap hidup tersebut berurat dalam jiwa penganutnya itu sendiri.

Dan juga, kepada tingkat kecerdasan yang mereka capai dan kepada keadaan umum di mana mereka berada.

Sebagai masyarakat beradat dengan pegangan adat bersendi syariat dan syariat yang bersendikan Kitabullah, maka kaedah-kaedah adat itu memberikan pula pelajaran-pelajaran antara lain:

Bekerja:

Ka lauik riak mahampeh

Ka karang rancam ma-aruih

Ka pantai ombak mamacah

Jiko mangauik kameh-kameh

Jiko mencancang, putuih – putuih

Lah salasai mangko-nyo sudah

Begitu juga perhatian tidak dapat dipalingkan dari perlunya pembinaan para dhu’afa’ serta anak-anak yatim yang memerlukan uluran tangan setiap Muslim. Yang mereka perlukan bukan sekedar makanan dan pakaian akan tetapi adalah juga tempat berlindung dan sarana pendidikan.

Memang sudah sejak lama sarana pembinaan anak yatim melalui panti-panti asuhan menjadi perhatian dari Badan-badan Dakwah Islam di tanah air. Sungguhpun sampai sekarang Dewan Dakwah sebagai Yayasan tidak atau belum mempunyai panti asuhan anak yatim secara khusus. Hal ini tidaklah berarti bahwa Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia melupakan pembinaan anak yatim. Usaha ini dilakukan secara posi­tif dengan berbagai gerak antara lain melakukan kerja sama dengan berbagai lembaga-lembaga dakwah dalam dan luar negeri.

Upaya yang dilakukan diantaranya untuk memberikan bantuan bea siswa terhadap anak-anak yatim, serta mencarikan Bapak angkat yang akan meng-kafil (membiayai) anak-anak yatim yang berprestasi. Juga mendirikan bangunan darul aitam antaranya bangunan Panti Asuhan Putera Bangsa Yayasan Budi Mulia Padang yang dilengkapi dengan sembilan lokal ruang belajar dan satu asrama bertingkat aitam yang dimulai pembangunannya pada tahun 1992.

Kemudian pada bulan September 1997 ditanda tangani piagam kerja sama pembinaan anak yatim tersebut antara Dewan Dakwah dengan Yayasan Budi Mulia di Padang.

Masih berkaitan dengan pembinaan anak yatim ini maka Dewan Dakwah secara intensif tetap berusaha kearah penyediaan dana abadi yang secara jangka panjang mampu membiayai keperluan-keper­luan anak yatim.

Tentu, yang sangat mendesak terarah kepada anak-anak yatim yang berada di bawah Kafil Aitam Dewan Dakwah.

Mulai Agustus 1996 dicoba mengusahakan ladang pembenihan bibit ikan untuk keperluan anak yatim di desa Bawan Kec. Lubuk Basung Kabupaten Agam Sumatera Barat dan Budidaya ikan air tawar sistem karambah di Desa Sigiran Maninjau yang juga hasilnya diperuntuk­kan 100% bagi keperluan anak yatim.

Usaha ini baru dalam langkah awal, namun juga berdampak terhadap pendidikan ekonomi pedesaaan pada kalangan dhu’afa’ di sekitar proyek-proyek eko-nomi yatim tersebut antara lain menerapkan sistim bagi hasil dengan para penduduk pedesaan dimaksud.

Apa yang digambarkan ini, semuanya berawal dari menghidupkan kembali puro, menggerakkan hati ummat untuk ikut serta mengulurkan tangan membantu kaum yang lebih lemah (dhu’afak).

Dewan Dakwah sudah lama diminta pertim-bangannya atau Rekomendasi oleh lembaga-lembaga dakwah, instansi resmi pemerintah dan perorangan dari luar negeri, dalam menyalurkan bantuan kepada kaum Muslimin Indonesia atau kepada lembaga-lembaga dakwah yang pada saat itu mulai menggeliat dalam kiprahnya.

RSI IBNU SINA SEBAGAI PROYEK PELAYANAN KESEHATAN UMAT

KERANGKA DASAR BAGI PEMBANGUNAN DAN PENGEMBANGAN RUMAH SAKIT ISLAM IBNU SINA[1]

Dalam tahun 1968 DR. Mohamad Natsir ber-kunjung ke Sumatera Barat atas undangan Yayasan Kesejahteraan. Waktu itu, Beliau mendapat kesempatan mengunjungi hampir seluruh Kabupaten di Propinsi Sumatera Barat dengan bantuan yang amat simpatik dari pihak Bapak Gubernur Harun Zein beserta Muspida Propinsi Sumatera Barat, dalam rangka kegiatan pembangunan lahir dan batin di Sumatera Barat.

Diwaktu hendak kembali ke Jakarta, maka sebagai salah satu hasil pencernaan dari apa yang telah dapat di lihat, didengar dan dialami selama perkunjungan keliling itu, Beliau menyampaikan satu saran tertulis yang dialamatkan kepada Buya Haji Mansur Daud Datuk Palimo Kayo yang mengandung harapan kepada para alim ulama, yang dalam keadaan bagaimanapun tetap merupakan pemimpin-pemimpin alamiyah yang berurat berakar dalam kalbu masyarakat Minang, bersama-sama dengan para cendikiawan didaerah kita ini, agar dimulai suatu percobaan untuk mendirikan sarana pelayanan kesehatan, walaupun dengan satu poliklinik yang kecil.

Yang kemudian bisa diharapkan dapat ber-kembang nantinya. Alhamdulillah, saran itu dapat disetujui oleh para ulama cerdik pandai dan para ahli serta pemuka-pemuka kaum ibu disini direstui oleh Bapak Gubernur Kepala Daerah, yang malah bersedia menjadi Pelindung bagi badan pelaksana, YARSI Sumbar.

Diwaktu itu keadaan di Minang sendiri atau dirantau dan di daerah-daerah Indonesia pada umumnya amat sulit. Lebih-lebih sesudah kita menderita akibat-akibat dari pemberontakan PKI yang terkenal dengan Gestapu itu.

Walaupun bagaimana, para ulama beserta pemimpin-pemimpin dikalangan cerdik cendikiawan dengan “Bismillah” dan bertawaakal kepada Allah memulai usaha tersebut yang waktu itu dirasakan baru sama sekali.

Tidak seperti mendirikan sarana-sarana yang biasa kita garap seperti madrasah, rumah yatim, mesjid dan lain-lain. Kita mulai melangkah dengan keyakinan akan kebenaran fiman Illahi yang berbunyi  :

Yakni, barang siapa yang berjihad, bekerja sungguh-sungguh pada jalan Allah (dengan niat untuk mencapai keridhaan-Nya), maka Allah Subhanahu Wa Ta’ala akan menunjukan jalan (ditengah-tengah perjalanan nanti) mana arah yang mesti ditempuh untuk mencapai apa yang dicita-citakan.

Kita yakin bahwa Allah Subhanahu Wa Ta’ala tidak akan membiarkan mereka yang menegakkan ihsan berjalan sendirian, akan tetapi akan senantiasa beserta mereka.

Inilah sebenarnya modal kita yang hakiki.

Modal yang dihayati oleh para alim ulama kaum Ibu dan para cendikiawan kita semua, didaerah Minang ini. Dalam arti material kita mulai dengan modal nol.

Tetapi ternyatalah kebenaran Sunnah Illahi yang kita ingati pada waktu itu, sehingga sesudah berjalan sekian tahun, sekarang Rumah Sakit Islam Ibnu Sina sudah berkembang sampai seperti yang sudah kita lihat dewasa ini.

Dalam pada itu, tiap-tiap perkembangan dan kemajuan membawa persoalan. Persoalan yang perlu kita pecahkan.

Makin kita mencapai kemajuan, makin banyak persoalan yang timbul, yang merangsang kita semua    untuk menjawab pertanyaan :

Sekarang bagaimana lagi ?  what’s next ?

Untuk menjawab pertanyaan ini, maka perlulah sewaktu-waktu, ibarat kita seorang musafir, berhenti sejenak dalam perjalanan untuk membuat penilaian terhadap apa yang sudah kita kerjakan, menilai baik dan buruknya cara-cara yang sudah kita tempuh dan menilai hasil yang sudah kita capai, dan merintis jalan yang akan ditempuh.[2]

Kita mengadakan instropeksi terhadap diri kita sendiri secara obyektif, sesuai dengan ucapan Umar bin Khatab RA.


[1] Disampaikan oleh Bapak DR. Mohamad Natsir Di Padang, 6 Rajab/1 Juni 1979,  sepuluh tahun setelah Rumah Sakit Islam Ibnu Sina diresmikan pada 10 Oktober 1969.

[2] Maka pertemuan kita sekarang ini, Raker YARSI Juni 1979 adalah merupakan pelaksanaan dari pada satu bagian dari pada sistem kerja kita yang patut dijadikan kebiasaan untuk selanjutnya, agar usaha kita ini mencapai hasil yang lebih baik dari yang sudah-sudah.