a. Hidupkan kembali kebiasaan menabung dan berhemat dalam satu simpanan bernama puro.
b. Juga menghidupkan kebiasaan berinfaq, bersedekah dan berzakat sebagai suatu usaha pelaksanaan syariat Islam,
c. menghimpun dana dari ummat yang berada untuk dikembalikan kepada ummat yang lemah (dhu’afak).
Ajaran Islam sangat banyak memberikan dorongan kepada sikap-sikap untuk maju, antara lain:
1. Keseimbangan
Hukum Islam menghendaki keseimbangan antara perkembangan hidup rohani dan perkembangan jasmani ;
a) “Sesungguhnya jiwamu (rohani-mu) berhak atas kamu (supaya pelihara) dan badanmu (jasmanimu) pun berhak atasmu supaya kamu pelihara” (Hadist).
b) “Berbuatlah untuk hidup akhiratmu seolah-olah kamu akan mati besok dan berbuatlah untuk hidup duniamu, seolah-olah akan hidup selama-lamanya”. (Hadist).
2. Self help
Mencari nafkah dengan “usaha sendiri“, dengan cara yang amat sederhana sekalipun adalah “lebih terhormat“, daripada meminta-minta dan menjadi beban orang lain :
c) “Kamu ambil seutas tali, dan dengan itu kamu pergi kehutan belukar mencari kayu bakar untuk dijual pencukupan nafkah bagi keluargamu, itu adalah lebih baik bagimu dari pada berkeliling meminta-minta”. (Hadist).
Diperingatkan bahwa membiarkan diri hidup dalam kemiskinan dengan tidak berusaha adalah salah :
d). “Kefakiran (kemiskinan) membawa orang kepada kekufuran (keengkaran)” (Hadist).
3. Tawakkal
Tawakkal bukan berarti “hanya menyerahkan nasib” kepada Tuhan, dengan tidak berbuat apa-apa;
e) Jangan kamu menadahkan tangan dan berkata : “Wahai Tuhanku, berilah aku rezeki, berilah aku rezeki”, sedang kamu tidak berikhtiar apa-apa. Langit tidak menurunkan hujan emas ataupun perak.
f) “Bertawakkal lah kamu, seperti burung itu bertawakkal”. (Atsar dari Shahabat).
Tak ada kebun tempat ia bertanam, tak ada pasar tempat ia berdagang, tetapi tak kurang suatu apa, setiap pagi dia terbang meninggalkan sarangnya.
Sang burung terbang meninggalkan sarang dalam keadaan lapar, dan setiap sore dia kembali dalam keadaan “kenyang“.
4. Kekayaan Alam
g) “Di arahkan perhatian kepada alam sekeliling yang merupakan sumber kehidupan bagi manusia. Kepada alam tumbuh-tumbuh yang indah, berbagai warna,menghasilkan buah bermacam rasa.
Kepada alam hewan dan ternak serba guna dapat dijadikan kendaraan pengangkutan barang berat, dagingnya dapat dimakan, kulitnya dapat dipakai sebagai sandang. Kepada perbendahara-an bumi yang berisi logam yang mempunyai kekuatan besar dan banyak manfaat.
Kepada lautan samudera yang terhampar luas, berisikan ikan dan berdaging segar, dan perhiasan yang dapat dipakai, permukaannya dapat diharungi dengan kapal-kapal; supaya kamu dapat mencari karunia-Nya (karunia Allah), dan supaya kamu pandai bersyukur”
Kepada bintang di langit, yang dapat digunakan sebagai petunjuk-petunjuk jalan, penentuan arah bagi musafir”.
5. Time – Space – Consciousness
h. “Dibangkitkan kesadaran kepada ruang dan waktu (space and time consciousness) kepada peredaran bumi, bulan dan matahari, yang menyebabkan pertukaran malam dan siang dan pertukaran musim, yang memudahkan perhitungan bulan dan tahun, antara lain juga saat untuk menunaikan rukun Islam yang kelima kepada kepentingan nya waktu yang kita pasti merugi bila tidak diisi dengan amal perbuatan.
i. “Kami jadikan malam menyelimuti kamu (untuk beristirahat), dan kami jadikan siang untuk kamu mencari nafkah hidup”.
j. “Dibandingkan kesadaran kepada bagaimana luasnya bumi Allah ini” dianjurkan supaya jangan tetap tinggal terkurung dalam lingkungan yang kecil, dan sempit dan Dia lah yang menjadikan bumi mudah untuk kamu gunakan.
Maka berjalanlah di atas permukaan bumi, dan makanlah dari rezekiNya dan kepada Nya lah tempat kamu kembali.
Maka berpencarlah kamu diatas bumi, dan carilah karunia Allah dan (di samping itu) banyaklah ingat akan Allah, supaya kamu mencapai kejayaan”.
6. Jangan Boros
k. “Yang perlu dijaga ialah supaya dalam segala sesuatu harus pandai mengendalikan diri,agar jangan melewati batas, dan berlebihan.
“Wahai Bani Adam, pakailah perhiasanmu, pada tiap-tiap (kamu pergi) ke masjid (melakukan ibadah); dan makanlah dan minumlah, dan jangan melampaui batas; sesungguhnya Dia tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas”.
Kalau disimpulkan ;
Alam ditengah-tengah mana manusia berada ini, tidak diciptakan oleh Yang Maha Kuasa dengan sia-sia, dalamnya terkandung faedah-faedah kekuatan, dan khasiat-khasiat yang diperlukan oleh manusia untuk memperkembang dan mempertinggi mutu hidup jasmaninya.
Manusia diharuskan berusaha membanting tulang dan memeras otak untuk mengambil sebanyak-banyak faedah dari alam sekelilingnya itu, menikmatinya, sambil mensyukurinya, beribadah kepada ilahi, serta menjaga dari pada melewati batas-batas yang patut dan pantas, agar jangan terbawa hanyut oleh materi dan hawa nafsu yang merusak. Dan ini semua adalah suatu bentuk persembahan manusia kepada Maha Pencipta, yang menghendaki keseimbangan antara kemajuan dibidang rohani dan jasmani.
Sikap hidup (attitude towards life) yang demikian, tak dapat tidak merupakan sumber dorongan bagi kegiatan penganutnya.
Begitu juga di bidang ekonomi, yang bertujuan terutama untuk keperluan-keperluan jasmani (material needs).
“Hasil yang nyata” dari dorongan-dorongan tersebut tergantung kepada dalam atau dangkalnya sikap hidup tersebut berurat dalam jiwa penganutnya itu sendiri.
Dan juga, kepada tingkat kecerdasan yang mereka capai dan kepada keadaan umum di mana mereka berada.
Sebagai masyarakat beradat dengan pegangan adat bersendi syariat dan syariat yang bersendikan Kitabullah, maka kaedah-kaedah adat itu memberikan pula pelajaran-pelajaran antara lain:
Bekerja:
Ka lauik riak mahampeh
Ka karang rancam ma-aruih
Ka pantai ombak mamacah
Jiko mangauik kameh-kameh
Jiko mencancang, putuih – putuih
Lah salasai mangko-nyo sudah
Begitu juga perhatian tidak dapat dipalingkan dari perlunya pembinaan para dhu’afa’ serta anak-anak yatim yang memerlukan uluran tangan setiap Muslim. Yang mereka perlukan bukan sekedar makanan dan pakaian akan tetapi adalah juga tempat berlindung dan sarana pendidikan.
Memang sudah sejak lama sarana pembinaan anak yatim melalui panti-panti asuhan menjadi perhatian dari Badan-badan Dakwah Islam di tanah air. Sungguhpun sampai sekarang Dewan Dakwah sebagai Yayasan tidak atau belum mempunyai panti asuhan anak yatim secara khusus. Hal ini tidaklah berarti bahwa Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia melupakan pembinaan anak yatim. Usaha ini dilakukan secara positif dengan berbagai gerak antara lain melakukan kerja sama dengan berbagai lembaga-lembaga dakwah dalam dan luar negeri.
Upaya yang dilakukan diantaranya untuk memberikan bantuan bea siswa terhadap anak-anak yatim, serta mencarikan Bapak angkat yang akan meng-kafil (membiayai) anak-anak yatim yang berprestasi. Juga mendirikan bangunan darul aitam antaranya bangunan Panti Asuhan Putera Bangsa Yayasan Budi Mulia Padang yang dilengkapi dengan sembilan lokal ruang belajar dan satu asrama bertingkat aitam yang dimulai pembangunannya pada tahun 1992.
Kemudian pada bulan September 1997 ditanda tangani piagam kerja sama pembinaan anak yatim tersebut antara Dewan Dakwah dengan Yayasan Budi Mulia di Padang.
Masih berkaitan dengan pembinaan anak yatim ini maka Dewan Dakwah secara intensif tetap berusaha kearah penyediaan dana abadi yang secara jangka panjang mampu membiayai keperluan-keperluan anak yatim.
Tentu, yang sangat mendesak terarah kepada anak-anak yatim yang berada di bawah Kafil Aitam Dewan Dakwah.
Mulai Agustus 1996 dicoba mengusahakan ladang pembenihan bibit ikan untuk keperluan anak yatim di desa Bawan Kec. Lubuk Basung Kabupaten Agam Sumatera Barat dan Budidaya ikan air tawar sistem karambah di Desa Sigiran Maninjau yang juga hasilnya diperuntukkan 100% bagi keperluan anak yatim.
Usaha ini baru dalam langkah awal, namun juga berdampak terhadap pendidikan ekonomi pedesaaan pada kalangan dhu’afa’ di sekitar proyek-proyek eko-nomi yatim tersebut antara lain menerapkan sistim bagi hasil dengan para penduduk pedesaan dimaksud.
Apa yang digambarkan ini, semuanya berawal dari menghidupkan kembali puro, menggerakkan hati ummat untuk ikut serta mengulurkan tangan membantu kaum yang lebih lemah (dhu’afak).
Dewan Dakwah sudah lama diminta pertim-bangannya atau Rekomendasi oleh lembaga-lembaga dakwah, instansi resmi pemerintah dan perorangan dari luar negeri, dalam menyalurkan bantuan kepada kaum Muslimin Indonesia atau kepada lembaga-lembaga dakwah yang pada saat itu mulai menggeliat dalam kiprahnya.