(01). BERI’TIKAF DI MASJID.
Abu Sa’id al-Khudri رضي الله عنه berkata, Rasulullah صلى الله عليه و سلم bersabda :
مَنْ كَانَ اعْتَكَفَ مَعِى فَلْيَعْتَكِفِ الْعَشْرَ الأَوَاخِرَ
“Barangsiapa yg ingin “I’tikaf” bersamaku, maka hendaklah ia beri’tikaf pada 10 hari terakhir“.
(HR. Bukhari no. 2027).
Sepuluh hari terakhir, berarti dimulai dari malam ke-21 dari bulan Ramadhan, yaitu saat tenggelam matahari pada hari ke-21.
(02). SHALAT MALAM (TARAWIH) BERSAMA IMAM SAMPAI SELESAI.
Dari Abu Dzar radhiyallahu ‘anhu, Nabi ﷺ pernah mengumpulkan keluarga dan para sahabatnya. Lantas beliau pun bersabda :
“Barangsiapa yg Shalat (malam) bersama imam “sampai selesai”, maka akan ditulis untuknya itu Pahala SHALAT Semalaman PENUH“.
(HR. An-Nasaa’i no. 1605, & Ibnu Maajah no. 1327, dan at-Tirmidzi no. 806, lihat Al-Irwaa’ al–Ghaliil no. 447).
(03). MEMPERBANYAK SHALAT2 SUNNAH, KHUSUSNYA PADA SHALAT MALAM.
Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu berkata, Rasulullah صلى الله عليه و سلم bersabda :
مَنْ قَامَ لَيْلَةَ الْقَدْرِ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
“Barangsiapa yang “melaksanakan” shalat pada malam lailatul qadar karena iman dan mengharap pahala dari Allah, maka ‘dosa-dosanya’ yang telah lalu pun akan diampuni“.
(HR. Bukhari no. 1901).
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam telah menganjur kan umatnya untuk mencari malam lailatul qadar di ‘malam2 ganjil’ 10 hari Terakhir Bulan Ramadhan.
(HR. Bukhari no.2017 dan Muslim no.1169).
Imam al-‘Utsaimin رحمه الله berkata :
وقت ليلة القدر يبدأ من غروب الشمس إلى طلوع الفجر انتهى
“Waktunya Lailatul qadar itu dimulai dari tenggelamnya matahari hingga terbitnya fajar (shubuh)”.
(Syarah al-Bulugh 7/548).
(04). SHALAT ISYA’ & SHUBUH BERJAMAAH.
‘Utsman bin ‘Affan رضي الله عنه berkata, Rasulullah صلى الله عليه و سلم bersabda :
“Barangsiapa yang melaksanakan shalat Isya Berjamaah, maka ‘Se-akan2’ ia telah melaksanakan Shalat Separuh Malam, & barangsiapa yang sudah “melaksanakan” Shalat Shubuh dengan berjamaah, maka Se–akan2 ia sudah melaksanakan Shalat semalaman penuh”.
(HR.Muslim no. 656).
(05). MEMBACA 100 AYAT AL-QUR’AN PADA WAKTU MALAM HARI.
Dari Tamim ad-Daari radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah صلى الله عليه و سلم bersabda :
“Barangsiapa yang membaca “100 AYAT” pada suatu malam, maka akan dituliskan baginya pahala Shalat Sepanjang Malam (Semalaman Suntuk)”.
(HR. Ahmad, Lihat Shahiihul Jaami’ ash-Shaghiir no. 6468).
(06). MELAKSANA KAN SHALAT 4 RAKA’AT QABLIYAH (SEBELUM) SHALAT ZHUHUR.
Abi Shalih rahimahullah telah berkata, Rasulullah صلى الله عليه و سلم bersabda :
“4 (empat) raka’at sebelum zhuhur itu menyamai shalat menjelang shubuh”.
(HR. Ibnu Abi Syaibah dalam “Al-Mushannaf” no.5940, Lihat Silsilah Ash-Shahiihah no. 1431).
(07). MEMILIKI AKHLAK YANG BAIK
Dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha berkata, Rasulullah صلى الله عليه و سلم bersabda :
إِنَّ الْمُؤْمِنَ لَيُدْرِكُ بِحُسْنِ خُلُقِهِ درجةَ قائمِ الليل وَ صَائِمِ النهار
“Sesungguhnya seorang mukmin dengan akhlak yang baik akan mencapai ‘Derajat’ orang yang “Senantiasa” shalat di malam hari, dan puasa pada siang hari”.
(HR. Abu Dawud no. 4798, & Ibnu Hibbaan no. 480, Maalik no. 1675, Ahmad dalam Al-Fathur Rabbani XIX/76, serta al-Haakim no. 199, hadits dari Aisyah, Shahihul Jaami’ 1620).
PUASA MEMBERI SYAFAAT DENGAN IZIN ALLAH …. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
الصِّيَامُ وَالْقُرْآنُ يَشْفَعَانِ لِلْعَبْدِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ، يَقُولُ الصِّيَامُ: أَيْ رَبِّ مَنَعْتُهُ الطَّعَامَ وَالشَّهَوَاتِ بِالنَّهَارِ فَشَفِّعْنِي فِيهِ. وَيَقُولُ الْقُرْآنُ: مَنَعْتُهُ النَّوْمَ بِاللَّيْلِ فَشَفِّعْنِي فِيهِ قَالَ فَيُشَفَّعَانِ
رواه أحمد و حاكم
“Puasa dan Al-Qur’an akan memberi syafaat pada hari kiamat. Puasa mengatakan : “Wahai Rabbku, aku menghalanginya dari makan dan syahwat pada siang hari maka berilah ia syafaat karenaku”. Al-Qur’an pun berkata : “Aku menghalanginya dari tidur pada malam hari maka berilah ia syafaat karenanya.” Rasulullah mengatakan, “Maka keduanya akan memberikan syafaat.”
(HR. Ahmad dan Hakim).
Syafaat hanya milik Allah subhanahu wa ta’ala dan tidak dapat diperoleh kecuali dengan izin-Nya, yaitu apabila Allah ridha kepada yang memberi syafaat dan yang diberi syafaat.
Allah ta’ala berfirman :
ﻗُﻞ ﻟِّﻠَّﻪِ ﭐﻟﺸَّﻔَٰﻌَﺔُ ﺟَﻤِﻴﻌٗﺎۖ
“Katakanlah semua syafaat hanyalah milik Allah.” (- QS. Az-Zumar: 44)
وَلَا يَشْفَعُونَ إِلَّا لِمَنِ ارْتَضَىٰ
Mereka tidak bisa memberi syafa’at kecuali kepada orang yang diridhai oleh Allah (- QS.Al-Anbiya : 28)
ﻣَﻦ ﺫَﺍ ﭐﻟَّﺬِﻱ ﻳَﺸۡﻔَﻊُ ﻋِﻨﺪَﻩُۥٓ ﺇِﻟَّﺎ ﺑِﺈِﺫۡﻧِﻪِۦۚ
Tidak ada yang memberikan syafaat disisi Allah kecuali dengan izin-Nya. (- QS.Al-Baqarah : 255)